Bisnis  

Tak Berencana Ganggu Hubungan Bersama Indonesia

Wacana pengenaan tarif Pembelian Barang Di Luar Negeri hingga 200% diyakini tidak Berencana berdampak signifikan Di hubungan dagang Di China dan Indonesia.FOTO/Ilustrasi

JAKARTA – Setelahnya Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang menerapkan tarif Pembelian Barang Di Luar Negeri tinggi atas sejumlah produk China, wacana serupa mengemuka Di Indonesia. Terbaru-Terbaru ini, Pembantu Kepala Negara Perdagangan Zulkifli Hasan mengemukakan usulan pengenaan bea masuk hingga 200% Sebagai sejumlah produk Pembelian Barang Di Luar Negeri.

Wacana Indonesia Sebagai mengenakan tarif hingga 200% Di produk-produk Pembelian Barang Di Luar Negeri, termasuk Produk-Produk buatan China, diakui Zhao Gancheng, peneliti Di Shanghai Institute for International Studies, menimbulkan kekhawatiran atas potensi ketegangan Di dua mitra dagang penting Di kawasan Asia tersebut. Akan Tetapi, seperti dilansir Dunia Times, Minggu (7/7), Zhao meyakini hal itu tidak Berencana berdampak signifikan Pada hubungan ekonomi dan perdagangan kedua Bangsa.

Menurut media yang terafiliasi Bersama Partai Komunis Chian tersebut, Zhao tetap optimistis Berencana prospek hubungan ekonomi dan perdagangan kedua Bangsa. Menurut Zhao, China sangat menekankan hubungan ekonomi dan perdagangannya Bersama Bangsa-Bangsa kawasan, termasuk Indonesia. Juga, kata dia, Indonesia memandang China sebagai mitra dagang penting dan sumber Penanaman Modal Asing. Walaupun ada tantangan eksternal, Zhao yakin hubungan ekonomi Di kedua Bangsa cukup kuat.

“Walaupun masalah tarif telah Memikat perhatian, hal ini seharusnya tidak berdampak signifikan Pada hubungan dagang secara keseluruhan, mengingat tingginya saling melengkapi Di perdagangan bilateral,” kata Zhao. Dia Mengantisipasi hal ini hanya Berencana berdampak minimal Di hubungan ekonomi yang lebih luas.

Yang Berhubungan Bersama produk yang diperkirakan bakal menjadi sasaran tarif, diketahui tahun lalu China mengekspor mainan senilai USD500 juta Hingga Indonesia, alas kaki USD1 miliar, produk tekstil USD2,5 miliar, dan produk keramik USD430 juta. Menurut Zhao, keempat jenis produk industri ringan ini hanya menyumbang Disekitar 7% Di Penjualan Barang Hingga Luar Negeri China Hingga Indonesia.

Di Dibagian lain, Dunia Times juga menyebutkan bahwa beberapa hari Setelahnya wacana tarif dilontarkan Mendag Zulkifli, Pembantu Kepala Negara Koordinator Bidang Kemaritiman dan Penanaman Modal Asing Luhut Binsar Pandjaitan tampak mencoba meredam Topik tersebut, Bersama mengatakan bahwa Wacana Indonesia Sebagai mengenakan bea masuk hingga 200% itu tidak ditargetkan Di Bangsa-Bangsa tertentu, khususnya China.

Luhut menjelaskan, salah satu langkah yang dilakukan Di ini adalah perpanjangan tarif safeguard yang sudah dikenakan Di beberapa produk TPT. Tarif ini berlaku Sebagai semua Produk Pembelian Barang Di Luar Negeri, terlepas Di asalnya. Luhut juga menekankan bahwa China tetap menjadi mitra strategis dan komprehensif yang penting Untuk Indonesia Di perdagangan dan Penanaman Modal Asing. Indonesia, tegas dia, berkomitmen Sebagai menjaga hubungan ini Melewati komunikasi dan dialog berkelanjutan mengenai perubahan Aturan.

Zhao menilai komentar Luhut tersebut Menunjukkan bahwa ada perbedaan pendapat Di pemerintahan Indonesia mengenai cara menangani perselisihan perdagangan Bersama China Di sektor-sektor tertentu. Lantaran itu, meski ada bayang-bayang tarif, Zhao meyakini prospek perdagangan Di China dan Indonesia tetap menjanjikan.

Menurut Asia Society of Policy Institute, China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia, yang menjadi tujuan Penjualan Barang Hingga Luar Negeri dan sumber Pembelian Barang Di Luar Negeri terbesar. China juga menyumbang lebih Di seperempat total perdagangan Indonesia, tiga kali lipat nilai mitra dagang terbesar Berikutnya, Jepang dan Amerika Serikat.

Indonesia telah menaikkan target ekspornya Hingga China Di tahun 2024 menjadi Di USD65-70 miliar, dan telah merumuskan beberapa Wacana kerja sama Sebagai mencapai target tersebut. Perdagangan China-Indonesia pun makin lancar Melewati Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional, yang lebih dikenal sebagai RCEP. Lantaran itu, perdagangan bilateral kedua Bangsa diperkirakan Berencana Lebihterus Menimbulkan Kekhawatiran.

“Bersama pemerintahan Terbaru Indonesia yang dipimpin Bersama Kepala Negara terpilih Prabowo Subianto yang Berencana mulai menjabat Di bulan Oktober, terdapat harapan yang tinggi Sebagai melanjutkan atau Malahan memperluas hubungan ekonomi dan perdagangan yang kuat Bersama China Di masa Didepan,” kata Zhao.

Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia Ekonomi & Usaha News: Tak Berencana Ganggu Hubungan Bersama Indonesia