Jangan Kebanyakan Rebahan, Praktisi Medis Wanti-wanti Risiko Pembesaran Prostat Jinak


Jakarta

Disadari atau tidak, rebahan atau malas gerak (mager) Di ini banyak diadopsi dan Malahan menjadi salah satu Cara Hidup Di banyak orang. Ironisnya, Cara Hidup yang tak aktif secara fisik ini bisa menjadi alasan datangnya banyak Gangguan.

Praktisi Medis spesialis urologi dr Adistra Imam Satjakoesoemah, SpU, FICS Di RS Abdi Waluyo mengatakan selain adanya risiko peningkatan sakit jantung dan diabetes, mereka yang malas gerak atau yang melakukan sedentary lifestyle juga Berpotensi Sebagai lebih berisiko terkena pembesaran prostat jinak atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). dr Adistra menyarankan Kelompok Sebagai tetap aktif Latihan alih-alih menghabiskan banyak waktu hanya Sebagai rebahan.

“Sedentary lifestyle, santai-santai, kaum rebahan itu ada chance yang signifikan (terkena BPH). Jauhi rebahan, Kehidupan Dinamis. Sedentary lifestyle, rebahan ya ada risk buat Dari Sebab Itu pembesaran prostat, Di Eksperimen ya risk-nya. Tapi nggak semuanya begitu sekali lagi ya,” ujarnya kepada detikcom, Jumat (24/5/2024).


“Kaum-kaum mager baiknya itu (perbanyak gerak). Semuanya sih bisa risk-nya Meresahkan. Sakit jantung dan lain-lain. Dari Sebab Itu Latihan teratur, Olah Raga, tadi juga diabetes juga,” sambungnya.

Selain Cara Hidup yang lebih aktif bergerak, dr Adistra menyarankan Sebagai lebih memperhatikan Konsumsi atau minuman yang dikonsumsi. Menurutnya, ada beberapa Konsumsi yang seharusnya dikurangi porsinya guna menekan risiko terserang BPH.

“Ada Konsumsi-Konsumsi yang sifatnya prokarsinogenik, overall sebenarnya bukan buat prostat doang. Red meat (daging merah) Setelahnya Itu dietary food, susu dan produk turunannya. Itu ada chance, ada risiko. Sekali lagi ini bukan menyebabkan ya, tapi ada risiko,” tegasnya.

dr Adistra kembali menekankan bahwa masih banyak risiko-risiko lain yang bisa saja menyebabkan timbulnya BPH atau Malahan masalah lain Di prostat seperti kanker, selain Di pola makan.

“Ada pasien saya yang vegan hidupnya, tapi kena (pembesaran) prostat,” tambahnya.

Kendati Potensi terkena Gangguan BPH ini lebih banyak diidap Dari laki-laki berusia Di atas 50 tahun, dr Adistra tetap menyarankan kepada mereka yang masih belum menyentuh angka tersebut Sebagai tetap menjaga Cara Hidup dan rutin melakukan cek Prostate Specific Antigen (PSA).

“Ada (risiko), tapi biasanya starting point prostat mulai membesar, macam-macam teorinya. Dia itu (prostat) mulai membesar Di atas 50 tahun biasanya. Cek PSA dulu aja, itu Di umur 50 tahun, setahun sekali,” tutupnya.

Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Jangan Kebanyakan Rebahan, Praktisi Medis Wanti-wanti Risiko Pembesaran Prostat Jinak