Please Nyinyirnya Jangan Kelewatan, Mom Shaming Bikin Para Ibu ‘Kena Mental’


Jakarta

Peneliti utama Didalam Health Collaborative Center (HCC) Dr dr Ray Wagiu, MKK, FRSPH mengatakan efek mom shaming Ke ibu bisa sangat besar. Tidak hanya Ke mental Justru bisa berefek Hingga Kesejaganan fisik.

“Pengaruhnya Hingga fisik Lantaran kalau sudah kena mental Lantaran mom shaming, itu risiko kena gangguan tidurnya itu bisa berkali-kali lipat, itu bisa kebawa-bawa dan memang ada studinya,” kata dr Ray Untuk Kegiatan temu media Ke Jakarta Selatan, Senin (1/7/2024).

Berdasarkan Studi yang dilakukan HCC Ke Juni 2024 Ke seluruh Indonesia, sebanyak 7 Didalam 10 ibu Ke Indonesia pernah Merasakan mom-shaming. Tetapi, yang lebih miris, mayoritas Unjuk Rasa mom shaming justru dilakukan orang terdekat seperti keluarga dan lingkungan Tempattinggal.


Sebanyak 50,6 persen ibu Merasakan mom shaming Didalam anggota keluarga dan 29 persen juga dilakukan Dari lingkungan tempat tinggal dan kerja. Anggota keluarga yang dimaksud meliputi suami, orang tua, mertua, hingga kakak atau adik yang tinggal Untuk satu Tempattinggal.

dr Ray mengatakan dua topik mom shaming yang paling sering ditudingkan kepada ibu berkaitan Didalam cara asuh ketika anak sakit dan cara memberi makan Ke anak.

“Paling sering itu kalau anak lagi sakit, itu setiap anak sakit ibu selalu menjadi pihak yang sering pertama kali disalahkan. Misalnya seperti ‘kenapa sih nggak diurus’ itu yang paling banyak,” kata dr Ray.

“Setelahnya Itu yang paling sering dikomentari itu cara Menyediakan anak makan. Itu menjadi concern terbesar, ibu menjadi merasa tidak didukung, apalagi kalau anak kurus itu seakan salah ibu dan itu masuk Untuk mom shaming,” sambungnya.

Berdasarkan temuan HCC, masalah lain yang kerap menjadi ‘bahan’ mom shaming adalah penampilan fisik Setelahnya melahirkan, keputusan Sebagai tidak menyusui, hingga keputusan bekerja ketika anak masih kecil.

“Yang harus dikoreksi itu narasinya, bagaimana cara saya menyampaikan sesuatu Ke ibu Yang Berhubungan Didalam pola asuh anak, misalnya kurus, tapi tanpa menyinggung hati orang tua. Lantaran memang dampaknya itu besar,” katanya.

Menurut dr Ray, Untuk hal pengasuhan anak, sebaiknya ibu diberikan Dukungan, bukan Penilaian apalagi memperlakukan. Pihak keluarga sebagai orang paling Di harus bisa menjadi ‘pelindung’ Bagi ibu agar tetap nyaman Untuk menjalankan pengasuhan Ke anak.

Perlu diingat juga bahwa pengasuhan anak bukan hanya tugas Didalam ibu saja, melainkan juga Didalam ayah.

“Kalau soal pengasuhan itu harus Ke-support, tidak ada Penilaian Untuk mengasuh anak, apalagi dipermalukan. Boleh nggak diperbaiki? Ya boleh tapi Untuk bentuk support itu,” kata dr Ray.

“Perlu diingat parenting itu sangat subjektif, tapi perannya sangat besar Untuk perkembangan anak. Contoh kasusnya beda, perlakuannya bisa beda. Kasusnya bisa unik Ke masing-masing anak,” tandasnya.

Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Please Nyinyirnya Jangan Kelewatan, Mom Shaming Bikin Para Ibu ‘Kena Mental’